Luka Itu Mengerikan

Nani 

Kuingat hari itu hari minggu. Tidak mendung. Suasananya sejuk, berawan, angin sepoi-sepoi bertiup, membuat diri terus merasa nyaman dengan alam. Hari itu, Minggu, 11 Nopember 2007, aku datang ke  kediamannnya, di Kompleks Pasir Jati, Bandung. Sendirian. Tiba pukul empat sore, baru pulang hampir tengah malam. Sendirian.

Nani (42), ibu dua anak, satu suami. Hanyalah perempuan biasa pada awalnya. Sakit yang ia derita membuatku yakin bahwa ia bukanlah seorang perempuan biasa.

Nani menderita kanker payudara stadium empat lanjut. Sudah tiga tahun ia merasakan keganasan dari penyakit ini. Membuatnya sentantiasa akrab dengan kasur, berbaring, dan tak kuat menahan fisik yang semakin berkurang daya tahannya.

Ketika sampai di rumahnya, aku banyak berbicara dengan anak pertamanya, Puspa (20). Ia satu kampus denganku di Unpad, tapi beda jurusan.

Puspa banyak bercerita. Entah. mungkin bisa kukatakan cerita sedih, karena memang membuat mataku berkaca-kaca. Aku ingin menangis, tapi kutahan. Mungkin bisa kukatakan cerita inspirasi, karena memang membuatku merasakan perjuangannya. Mungkin bisa kukatakan cerita yang bagus, karena memang apa yang disampaikannya sangat menarik. Tapi kuyakin, ini tidak bisa kukatakan cerita lucu atau cerita yang menyenangkan, karena aku memang tidak bisa tertawa.

Nani masih enggan untuk diajak bertemu. Kata Puspa, ibundanya ingin beristirahat. Aku tidak keberatan. Menjelang malam, aku merasa sedikit resah. Beberapa keluarga suami Puspa datang. Aku lupa mengatakan, saat ini Puspa sedang hamil tiga bulan. Nani makan malam ditemani keluarga menantunya. Banyak tawa di sana. Saling melempar kata-kata lucu, saling mengejek, terlihat senyum, dan terdengar suara-suara riang, penuh canda tawa.

Tiba saat Nani untuk digantikan perban pada luka di payudara kirinya. Aku meminta izin untuk ikut serta dalam proses itu. Kuingat Puspa berkata, “Belum siap,” itu saja. Aku pasrah, yah…apa boleh buat.

Aku bertanya lagi, merasa kurang puas, “Ibunya ga mau ya….?”

“Bukan begitu, ibu ga masalah. Tapi Fatianya takut ga siap,” jelas Puspa. Ternyata sejak tadi aku salah paham. Bukan ibunya yang belum siap, tapi aku. Seketika kukatakan, “Bismillah, insyallah siap.”

Aku lemas saat itu juga. Saat perban yang melapisi luka itu dibuka. Allahhu akbar. Nani masih bisa tertawa. Beberapa kali ia memang meringis. Pasti sakit. Tapi, sumpah aku tidak bohong, ia benar-benar tersenyum, bahkan tertawa.

Apa yang bisa aku katakan tentang luka itu? Entahlah, kemampuanku untuk mendeskripsikannya mungkin akan terdengar dilebih-lebihkan, atau malah tidak seperti apa yang sebenarnya, tapi aku akan berusaha.  

Payudara kiri Nani sudah tidak ada. tidak ada lagi kulit yang melindungi daging di dalamnya. Ada bagian-bagian yang berwarna putih, bernanah. diakui Nani luka itu seringkali berbau anyir. Seperti kawah gunung berapi. Daging-daging merah, tidak ada kulit yang melapisi, seperti luka koreng yang tak berkesudahan. Mengerikan.

Nani sangat kuat. Nani ingin sembuh. Terus berjuang. Berdoa dan berdoa. Aku berharap yang terbaik untuknya.  

6 Tanggapan to “Luka Itu Mengerikan”

  1. smlikum……K fatia…..

    gw cmn mw bilang…..jgn suka su’uzon ma orang…..oke…??

    trus……pa y ????

    dah deh….ntar ja kpn2, ge mls ngarang neh..
    hehehehe….

  2. hmmm….. kykna ne cerita prnah gw denger deh….(yaiyalah..)
    wong ne blog kk gw (hohohohoho…)

    tuk Ibu Nani “SEMOGA….ketabahan dan kesabaran ibu akan berbuah hasil yang positif” amiieenn…..

    tuk kluarganya Ibu Nani “SEMOGA….selalu diberi ketabahan dan kesabaran oleh ALLAH dan SEMOGA….Ibu Nani tidak makin parah bahkan INSYA ALLAH (mudah-mudahan) keadaannya membaik dan dapat sembuh…” amiieennn….

  3. Terus terang, g juga belum siap… Membaca buku tentang penyakit ini aja g horror…
    Semoga Ibu Nani cepat pulih..

  4. ibu Nani…
    ga tau lagi apa yg bisa aku tulis disini…
    sedih…..itu pasti !!!
    bahkan aku hampir menangis…
    tapi itulah hidup…
    mungkin menurut ALLAH, itulah yang terbaik untukmu bu..
    bersabarlah dan terus berdoa pada-Nya..

    semoaga ketabahan ibu nani bisa menjadi inspirasi kita semua..
    terus semangat IBU….

  5. bungkusterasi Says:

    amin….
    terus jaga kesehatannya ya…

  6. males komentarin ah kl cerita’y kaga singkat… sorry

Tinggalkan Balasan ke bungkusterasi Batalkan balasan